Random Talk
Bye, 2020!

Hai, sebelum 2020 berlalu terlalu jauh, aku akan membuat postingan ritual seperti biasanya. Membuat postingan untuk 2020.

2020 adalah tahun yang gak ada aba-aba. Tiba-tiba semua orang panik karena pandemi. Semua orang parno termasuk keluargaku. Aku kira virus ini akan berakhir seperti flu burung, bahkan keluarga ku gak kenapa-kenapa setelah beberapa kali makan ayam yang hampir mati gara-gara flu burung. Atau seperti virus difteri atau SARS yang hanya ada dimedia massa. Ternyata virus ini lebih kuat daripada kepribadianku. Sudah 2021 bukannya menghilang, malah menguatkan jati dirinya.

Tapi virus ini memberikan sedikit kesan baik.

2020 dimana aku pertama kali ditempatkan sebagai Relationship Manager, yang dituntut booking gede setiap bulan, ditanya pipleine terus walaupun status masih OJT, bikin aku frustasi. Berat langsung turun. Dari 50 jadi 45 salam sebulan. Bisa tiba-tiba naik motor terus nangis. Mau tidur nangis. Mau makan nangis. Bener-bener gak ada clue mau apa. Dan semua orang terlihat tetap di jalurnya dan bahagia. Merasa kesulitan sendiri dan meragukan kemampuan sendiri. Aku kira ini menjadi momen terberat dalam hidup. Ternyata enggak.

Hadirnya virus membuat stop booking dan fokus sama pekerjaan yang bisa aku tangani dengan baik. Benar-benar baik. Berjalan-berjalan-berjalan-dan berjalan. Akhirnya semua proses aku lewati. Booking masih susah tapi pencapaian aku gak nihil. Dan aku merasa mampu, kuat, hebat.

Kalo disebut momen terberat. Ternyata banyak banget momen berat. Tapi bukan berarti gak bisa dilalui. Di 2020 ini aku sudah merasakan banyak up and down.

Seperti misalnya aku merasa hidup tidak adil karena apa yang aku udah capai gak dihargai sama orang lain. Padahal udah susah banget aku dapat. Dibandingkan dengan orang lain, yang seluruh dunia juga tau, mana adil membandingkan hasil galian, kalo aku galinya pake cangkul dan dia pake traktor. Aku sedih sampe sakit dan setelah itu aku sadar, semua orang punya porsinya masing-masing, punya waktunya masing-masing. Jangan pernah menggantungkan harapan ke orang lain. Kalo gak sesuai nanti sakit hati. Dan kalaupun porsi dan waktu yang sudah kita tunggu-tunggu gak datang-datang, yasudah ikhlas. Percaya Tuhan akan mensquarekan kita dengan kebahagiaan yang lain. 

Tapi itu kata tersok iye yang ada di muka bumi ini. Intinya aku berhasil melewati dengan ikhlas, sabar, dan selalu bersyukur. Jikalau nanti akan diposisi itu lagi aku juga gatau bisa langusng ikhlas, sabar, dan bersyukur atau sedah sedih dulu.

Payahnya aku, dalam menghadapi kondisi seperti itu gak bisa sendiri. Keinginan menjadi wanita tangguh, mandiri, yang bisa melakukan segala hal sendiri pada akhirnya gagal. Aku sempat memilih gak bersandar sama Ojan, ada timbul pertanyaan hubungan yang lebih dari lima tahun apakah aku yang berjuang sendiri, apa cuma aku yang berharap akhir yang bahagia, bahkan apakah suatu saat nanti dia bakal ngelamar aku, apa hubungan ini berjalan ya karena sudah terbiasa atau memang cinta, dan masih banyak pertanyaan lainnya. Dalam beberapa hari setelah itu aku merasa takut kehilangan. Aku nyoba buat terus berhubungan sama dia. Dan mengalihkan setiap dia tanya tentang hubungan. Yang pada akhirnya aku sadar, kalimat 'dia telah menjadi bagian penting dari hidup' itu bener. Aku merasa lebih takut kehilangan dia daripada hidupku sendiri. Kemudian dia ngelamar aku. 13 Januari 2020 di Samarinda. Ketika aku pulang karena orang tua jatuh sakit.

Jadi aku kira itu momen terberat, di kerjaan merasa ampas, hampir putus sama ojan, dan orang tua jatuh sakit. Ya tapi pada akhirnya setelah perawatan orang tua membaik, kerjaan juga membaik, dan ojan ngelamar aku. Sungguh hidup gak bisa diduga-duga.

Lalu setelah pelamaran yang sangat manis sekali. Keluarga dia datang ke rumah ku tanggal 13 Juni 2020. Rencana pernikahan di bulan Februari tahun depan, berubah menjadi 1 Agustus 2020.  Persiapan singakat, kesana kmarin urus ini itu, pesan udangan, mahar, bunga, vendor, dan segala hal. Aku yakin siap. Dan kemudian seminggu sebelum acara semuanya berantakan. Ada satu lain hal yang bikin acara harus diundur. Sedih, karena aku yakin mamaku pasti sedih banget. Aku punya waktu 3 hari buat bersedih. Setelah itu membaik karena mamaku kuat sekali. Walaupun aku tau kadang diam diam dia nangis sambil telponan nyeritain soal nikah aku yang diundur.

Aku kira itu momen terberat karena gak bisa membahagiakan kedua orang tua. Tapi ternyata segalanya berjalan sangat baik. Masih banyak hal yang menjadi dilema, yang kalo dipikirin ya pusing. Tapi aku pikir aku bisa aja tetep hidup walau gak berguna.

Aku merasa gak ada pencapaian apapun yang bisa di share disini kecuali masalah. Semoga 2021 masalah yang hadir lebih easy, dan terimakasih 2020, aku kuat.